Selasa, 22 Maret 2011

KEBUDAYAAN YANG MEMBANGGAKAN

Menurut saya budaya yang saya banggakan dari bangsa ini adalah kebiasaan hidup dari masyarakatnya yang sangat beragam. Keragaman itulah yang membuat bangsa ini mendapatkan julukan “Bangsa Seribu Budaya”. Dari Sabang hingga Merauke, bangsa ini memiliki ciri khas kebudayaan dan kebiasaan hidup di daerahnya. Misalnya, di daerah Indonesia bagian barat cenderung masih menganut budaya ketimuran, contohnya Aceh. Kebiasaan hidup di daaerah ini melarang warganya untuk bertemu dengan lawan jenis hanya diperbolehkan pada saat-saat tertentu saja, bagi para wanita diwajibkan menggunakan penutup kepala (kerudung) untuk mencegah terjadinya pelecehan dari kaum adam, perilaku tercela lainnya seperti mencuri pun juga akan mendapatkan ganjarannya. Apabila hal-hal tersebut dilanggar akan mendapatkan hukuman dari ketua adat setempat sesuai dengan yang telah diperbuat. Itu hanya sebagian kecil peraturan yang ada di daerah tersebut. Sedangkan kebudayaan yang sangat terkenal dari daerah ini adalah Tari Saman. Tarian ini dibawakan lebih dari lima orang penari yang diiringi oleh nyanyian puji-pujian terhadap Tuhan dari setiap penarinya dan ditambah lagi oleh seseorang yang menceritakan kehidupan dalam lantunan irama dan rebananya.
Lain halnya dengan kebiasaan hidup di Indonesia bagian timur, seperti daerah pedalaman Papua yang bisa dibilang sangat primitif. Masyarakat di wilayah ini tidak bisa membaca, menulis bahkan tidak mengerti bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional. Hal ini disebabkan karena tidak meratanya program pembangunan pemerintah hingga ke pelosok negeri ini. Kebiasaan hidup masyarakat ini jauh berbeda dengan wilayah barat, mereka justru membiasakan diri dengan tidak menggunakan pakaian tertutup, hanya dengan menggunakan dedaunan untuk menutupi kelaminnya. Kebudayaan dari daerah ini mereka sangat welcome terhadap tamu-tamu yang berkunjung ke wilayah tersebut dengan menunjukkan beberapa tarian khas dari masyarakatnya.
Kebiasaan hidup di wilayah Bali adalah ‘wanita (istri) diharuskan mencari nafkah dibandingkan pria (suaminya)’. Memang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mengharuskan seorang suami untuk menafkahkan istri dan anak-anaknya. Tetapi hal ini hanya sebagai cambukkan saja bahwa sebenarnya suami istri harus saling bertoleransi terhadap profesinya, seorang istri tidak diperbolehkan untuk menghabiskan hasil kerja suaminya hanya untuk berfoya-foya. Banyak sekali kebudayaan Bali yang sangat terkenal di seluruh dunia, mulai dari tempat wisatanya, tari-tarianya dan banyak lagi ciri khas kebudayaan Bali yang sangat membanggakan bangsa ini.
Berbeda dengan kehidupan masyarakat Jogjakarta budaya jawa yang masih sangat kental dengan ‘kesopan-santunan’ warganya terhadap leluhur. Memang, sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia masih mempercayai hal-hal yang bersifat mistik percaya terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan magis tak terkecuali masyarakat Jogjakarta. Karena daerah ini masih bersifat kerajaan, masyarakat ini sangat menghormati rajanya dibanding dengan pemerintahan di luar kerajaan. Mereka masih menganggap bahwa kekuasaan raja lebih tinggi dari kekuasaan apapun, dan hal itu juga yang menyebabkan perbedaan pendapat antara pemerintah pusat dengan masyarakat Jogjakarta. Tetapi tidak kalah dengan daerah lainnya wilayah ini dikelilingi oleh banyak daerah wisata, seperti Candi Prambanan, Pantai Parangtritis, Keraton Ngayogyakarto dan masih banyak lagi.
Tetapi sangat disayagkan bagi masyarakat Jakarta sebagai jantung kota negara ini yang sepertinya sudah tidak kenal dengan ‘kebersamaan’ terhadap orang-orang disekitarnya. Mereka cenderung bersifat individualism dalam menjalani hidup. Lebih tertutup dan lebih memilih segala sesuatunya dikerjakan oleh orang suruhan dibanding bersahabat dengan para tetangganya. Sangat disayangkan memang, seharusnya bisa menjadi contoh atau panutan untuk orang-orang di daerah jauh dari Jakarta bahwa hidup harus saling tolong-menolong, tapi hal tersebut sudah jarang sekali terlihat dari kebiasaan mereka. Bersifat konsumtif dengan membuang-buang harta tanpa jelas tujuannya. Mereka hidup berkelompok sesuai dengan keadaan sosialnya hanya memandang seseorang dari fisik dan keadaan ‘kantongnya’ hanya melihat secara sebelah mata dan tidak berpikir ‘sehat’. Kehidupan ini justru mengarah kepada kehidupan liberalism, yang intinya ‘masa bodo’ dengan kehidupan sekitar.
Tetapi, secara garis besar bangsa ini adalah bangsa yang kaya. Kaya akan sumber daya alam, kaya akan kebudayaan dan kaya akan hasil karyanya. Kehidupan masyarakat yang ramah dan saling tolong-menolong membuat Indonesia mendapat julukan “the most friendly people in the world”. Saya bangga dengan bangsa ini, hanya satu pesan saya kekuasaan tidak berarti tanpa adanya kepedulian dan kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar